Iya bener, “Perasaan” bukan “Persamaan”
Akhir2 ini banyak yang lagi ributin pelemahan Rupiah, ada yang bilang itu adalah suatu indikator buruk dan ada jg yg bilang hal itu masih dalam kewajaran (jika dibandingkan dengan negara lain, toh yang kena krisis bukan cuma negara kita). Jadi yang bener yang mana nih?
Tapi yang menarik perhatian saya adalah tayangan grafik kurs nilai tukar Rupiah thd Dollar Amerika Serikat (AS) yang berbeda-beda antar media/tulisan, padahal sumbernya paling ga jauh-jauh dari BI atau Bloomberg. Perbedaan yang saya maksud adalah perbedaan grafiknya, bukan perbedaan desain visual atau warnanya.
Sekilas tentang Grafik Statistik
Sudah sejak lama grafik statistik digunakan untuk “menggambarkan” dan meringkas data, memvisualisasikan angka-angka yang bejibun dan orang-pasti-males-lihat menjadi gambar yang menarik perhatian mata. Dengan melihat grafik kita bisa dapat begitu banyak informasi dalam waktu yang ringkas, coba bandingkan dengan apabila kita melihat informasi yang sama tapi masih dalam bentuk angka2.
Contohnya gambar di bawah, enakan lihat gambar yang kanan kan dibanding yang kiri.
kucing imajiner
Grafik juga digunakan oleh surat kabar, tv, dan media lain untuk menarik perhatian pembaca, karena media-media tersebut mengetahui dengan pasti betapa bergunanya grafik dalam menyampaikan informasi secara efisien kepada para pembaca. Bahkan untuk beberapa berita, media hanya menampilkan grafik saja dan bukan foto berita. Dan untuk surat kabar khususnya, tidak jarang grafik-grafik tersebut-lah yang muncul pada headnews.
Pembaca berita pun diuntungkan dari grafik-grafik yang ditampilkan media-media tersebut. Bahkan mungkin ada pembaca berita yang hanya membaca grafiknya saja dan bukan isi beritanya, dikarenakan waktunya yang sibuk.
Kembali ke perbedaan2 grafik
Bagi yang sudah tau pasti tau, dan bagi yang belum tau pasti enggak tau (ya iyalah…). Bagi manusia2 yang sudah terbiasa mengolah dan menganalisis data (seperti teman2 dan dosen2 saya) pasti sudah tidak asing dengan teknik2 penggambaran grafik. Tapi bagaimana dengan orang2 yang belum terbiasa dengan analisis data? Sedikit banyak pasti bingung dengan perbedaan2 tersebut, dan dikuatirkan terkena manipulasi grafis yang dilakukan pihak tertentu. Dari yang saya tau, grafik2 tersebut berbeda karena ada distorsi pada sumbu kartesiannya (sumbu-x dan sumbu-y). Berikut adalah beberapa “distorsi” tersebut
1 — Pemotongan sumbu-y (sumbu vertikal)
Di bawah ini adalah grafik nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika Serikat (AS). Coba kita perhatikan grafik di bawah ini, grafik manakah yang lebih menggambarkan pelemahan Rupiah?
grafik dengan pemotongan sumbu-x
Dari grafik tersebut sekilas kita melihat bahwa pelemahan Rupiah terjadi lebih dramatis pada gambar sebelah kanan dibandingkan dengan sebelah kiri. Kedua grafik tersebut digambar dengan menggunakan data yang sama. Perbedaan kedua grafik tersebut hanyalah pada rentang nilai sumbu-y, yaitu:
- Pada grafik kiri, sumbu-y berada pada nilai 12.500 s/d 14.750 (selisihnya 2.250)
- Pada grafik kanan, sumbu-y berada pada nilai 13.200 s/d 14.000 (selisihnya 1.800)
Meskipun secara teknis sama, tapi kedua grafik tersebut memberikan dampak psikologis yang berbeda (lebay bgt). Secara umum, semakin besar selisih rentang sumbu-y maka grafik akan terlihat lebih mampat/datar sehingga perubahan menjadi kurang terlihat.
2 — Pemotongan sumbu-x (sumbu horizontal)
Grafik di bawah juga menampilkan perbedaan pandangan meskipun data yang digunakan sama, dan rentang sumbu-y yang digunakan pun sama (yaitu 12.800 s/d 14.100 dengan selisih 1.300). Kita dapat melihat bahwa pelemahan Rupiah terjadi lebih dramatis pada gambar sebelah kiri dibandingkan dengan sebelah kanan. Kali ini perbedaannya apa lagi?
grafik dengan pemotongan sumbu-x
Kali ini yang dilakukan adalah memotong sumbu-x. Perbedaan kedua grafik tersebut berada pada rentang nilai sumbu-x, yaitu:
- Pada grafik kiri, sumbu-x dimulai dari 09 April 2015
- Pada grafik kanan, sumbu-x dimulai dari 07 Juli 2015 (lebih pendek)
Ketika menggambar grafik sebelah kiri, saya sengaja memilih pada tanggal di mana nilai Rupiah paling kuat sehingga pelemahan Rupiah nampak sangat jelas sekali
3 — Ukuran grafik
Kedua grafik di bawah digambar dengan menggunakan rentang sumbu-y dan rentang sumbu-x yang sama, tapi pelemahan Rupiah terlihat jauh lebih jelas pada grafik sebelah kiri dibanding dengan grafik sebelah kanan.
grafik dengan distorsi vertikal
Tidak seperti sebelumnya, kali ini perbedaan kedua grafik sangat nyata yaitu grafik sebelah kiri jauh lebih panjang dibanding grafik sebelah kanan. Secara umum apabila kita memanjangkan grafik (seperti grafik sebelah kiri) maka fluktuasi dan tren grafik (naik/turun) menjadi lebih jelas terlihat.
Grafik di atas (sebelah kiri) terdistorsi karena dipanjangkan secara vertikal. Distorsi yang sama juga berlaku apabila kita memanjangkan grafik secara horizontal. Hanya saja pada kasus pemanjangan secara horizontal semakin pendek grafiknya maka fluktuasi dan tren grafik (naik/turun) menjadi lebih jelas terlihat
Menggambar Grafik dengan Menggunakan Perasaan
Dengan make ketiga aturan di atas, grafik bisa digambar sesuai perasaan si penggambar. Perasaan mana yang mau dipilih? Di bawah adalah contoh ekstrim 2 grafik yang digambar dengan menggunakan perasaan
menggambar grafik dengan perasaan
Tidak menutup kemungkinan cara2 di atas digunakan oleh suatu pihak untuk menggambar grafik yang nantinya akan digunakan untuk menggiring opini si pembaca grafik. Secara ekstrim (su’uzonism) katakanlah ada pihak yang kekeuh mengatakan Rupiah melemah drastis, maka ia tinggal memakai grafik di atas yang sebelah kiri. Dan kalau ada pihak yang kekeuh Rupiah masih normal maka ia tinggal pake grafik di atas yang sebelah kanan. Padahal data yang digunakan sama.
Semua grafik2 di atas digambar dengan menggunakan Microsoft Excel (R) , jadi ga perlu make software aneh2 buat ngedistorsi grafik2 tersebut.
Kalau kita teliti sebenarnya semua grafik2 di atas ga salah, semuanya benar secara teknis. Dan kita ga bisa salahin si penggambar grafik, se-pro atau se-kontra apapun dia terhadap pelemahan Rupiah. Menurut penulis, yang salah adalah apabila penggambar grafik dengan sengaja mendistorsi grafik untuk menggiring opini si pembaca grafik. Padahal fungsi utama grafik adalah meringkas dan memvisualisasikan data agar lebih enak dilihat, seperti yang disebutkan di awal.
Kasus Dunia Nyata
Di bawah adalah contoh grafik yang didapat dari surat kabar. Keduanya adalah grafik nilai tukar Rupiah terhadap Dollar AS. Dapat dilihat bahwa grafik sebelah kiri menggambarkan secara jelas pelemahan Rupiah, tidak seperti grafik sebelah kanan.
Note: Pada gambar di bawah, Rupiah melemah apabila grafiknya turun, tidak seperti gambar2 di atas di mana Rupiah melemah apabila grafiknya naik.
Tapi kan grafik sebelah kiri dimulai tanggal 01 Juli 2015, ga seperti grafik sebelah kanan?
Dengan bantuan Photoshop (R), penulis coba gambar ulang dengan rentang tanggal yang sama, hasilnya gambar di bawah. Sama saja, grafik sebelah kiri menggambarkan secara jelas pelemahan Rupiah, tidak seperti grafik sebelah kanan.
Saran
Jadi mana nih grafik yang bener? Seperti yang penulis tulis di tulisan yang sudah ditulis, grafik-grafik itu benar apabila digambar dengan menggunakan kaidah matematis. Termasuk kedua grafik terakhir, keduanya benar secara teknis.
Kita mesti menghadapi hal2 di atas secara proaktif, yaitu dengan cara kita lah yang mesti waspada ketika membaca grafik2 tersebut supaya pikiran kita tidak tergiring kepada opini tertentu.
Lalu bagaimana gambar grafik yang objektif:
Menurut saya pribadi, beberapa pegangan yang dapat digunakan untuk membuat grafik yang objektif (dan tetap informatif) adalah sebagai berikut:
- Dalam membuat grafik usahakan keterangan2 grafik tercantum secara jelas. Keterangan tersebut misalnya: judul, judul sumbu, satuan sumbu, legenda, dan lainnya. Contohnya adalah seperti pada grafik kucing di awal tulisan.
- Dalam membuat grafik, guna menghindari distorsi ukuran grafik (seperti pada tulisan di atas), usahakan perbandingan panjang dan lebar grafik yang akan dibuat adalah 3 : 2 (panjang : lebar).
- Sumbu-y pada grafik tidak boleh dipotong, artinya pada sumbu-y nilai 0 (nol) harus tercantum (seperti pada grafik kucing, lihat di sumbu panjang kucing ada nilai 0 nya kan). Tapi hal ini menyulitkan apabila grafik yang ingin digambar adalah grafik yang nilainya besar-besar seperti nilai Rupiah (skala nya udah ribuan gitu loh). Karena tanpa pemotongan sumbu-y, fluktuasi nilainya menjadi tidak terlihat. Jadi aturan ke-3 ini tidak terlalu mengikat, asalkan itu tadi, jangan dengan sengaja mendistorsi grafik yang dibuat.
Contoh di bawah adalah CONTOH TIDAK BAIK, ada seorang karyawan yang ingin dipuji bosnya sehingga dia membuat grafik seperti pada grafik kiri, di mana pada grafik tersebut penjualan terlihat meningkat signifikan dari bulan-ke-bulan. Dan dia sengaja menggambar grafik tersebut dengan tujuan mendistorsi opini bos-nya, supaya bos-nya berpikiran “ini karyawan rajin banget”. Padahal kalau digambar ulang grafik yang sesungguhnya adalah grafik yang kanan.
Ini contoh tidak baik, jangan ditiru yaa.. Hehe
Dengan membaca artikel ini jangan sampai pembaca jadi seperti karyawan itu ya, hehe..
“Satu gambar bermakna seribu kata” Pepatah Tiongkok
Terimikici bagi yang sudah membaca, ini ada kue, silahkan diambil