Peta Indonesia, Digambar Ulang Berdasarkan Populasi Penduduk per Propinsi

Peta ini menggambarkan keadaan geografis propinsi-propinsi di Indonesia apabila masing-masing propinsi digambar ulang berdasarkan populasi penduduk yang mendiaminya. Peta ini sengaja mendistorsi kondisi geografis yang sebenarnya agar dapat merepresentasikan populasi penduduk masing-masing propinsi.

Sebagai contoh Propinsi Papua yang merupakan propinsi terluas di Indonesia dengan luas daerah sebesar 309.934,40 km2 (16.67% luas daratan Indonesia) tapi hanya memiliki jumlah penduduk sebesar 2.833.381 jiwa (1.19% penduduk Indonesia). Pada peta geografi yang umum dipakai, ukuran Propinsi Papua akan terlihat besar, tetapi dalam peta ini karena penduduknya yang relatif sedikit sehingga ukurannya pun menjadi lebih kecil.

Pada peta ini secara tidak langsung kepadatan penduduk masing-masing propinsi adalah sama, dari Propinsi Nangroe Aceh Darussalam sampai Propinsi Papua. Semakin besar distorsi (dalam hal ini, distorsi: perbedaan ukuran propinsi antara peta ini dengan peta geografi umum) semakin besar pula ketimpangan kepadatan penduduknya.

Infografis Peta Indonesia jika diskala ulang berdasarkan populasi per propinsi

Infografis Peta Indonesia jika diskala ulang berdasarkan populasi per propinsi

Propinsi-propinsi di Pulau Jawa dapat dengan mudah ditebak merupakan propinsi-propinsi dengan jumlah penduduk yang relatif jauh lebih banyak dibandingkan dengan propinsi-propinsi di pulau lain. Oleh karena itu ukurannya pun merupakan yang paling besar.

Pulau Kalimantan dan Pulau Sulawesi ukurannya relatif lebih kecil dibandingkan dengan Pulau Jawa atau pun Pulau Sumatera karena jumlah penduduknya yang juga lebih sedikit. Propinsi yang paling mencolok distorsinya adalah Propinsi Kalimantan Selatan dan Propinsi Sulawesi Selatan, karena kedua propinsi tersebut lebih padat penduduknya dibandingkan dengan propinsi-propinsi tetangganya.

Pada peta ini Pulau Papua merupakan pulau yang paling kecil di antara pulau-pulau utama Indonesia, hal ini dikarenakan populasi penduduk Pulau Papua juga merupakan yang paling sedikit. Distorsi yang terlihat pun cukup besar karena kepadatan penduduk Propinsi Papua Barat dan Propinsi Papua adalah yang paling rendah dibandingkan dengan propinsi-propinsi lainnya. Kepadatan penduduk Pulau Papua sebesar 8 jiwa/km2, sedangkan rata-rata kepadatan penduduk Indonesia sebesar 128 jiwa/km2.

Transmigrasi

Program pemerataan kepadatan penduduk seperti program transmigrasi penduduk Pulau Jawa ke pulau-pulau lain (terutama Pulau Kalimantan dan Pulau Papua) tampaknya masih relevan dilakukan pada masa ini. Satu hal yang menjadi saran penulis adalah dalam mempersiapkan para transmigran tentunya tidak cukup dengan pembekalan keahlian saja, tetapi juga dengan pembekalan kebudayaan agar transfer pengetahuan antara para transmigran dengan penduduk lokal menjadi lebih optimal. Pembekalan kebudayaan tersebut juga diharapkan mampu mengurangi potensi konflik.

Posted in Statistical Info-graphic | Tagged , , , , , , , | 1 Comment

Forest Fires, an Intentional Disaster

Rainy season hasn’t come out yet, forest fires lately become a scourge for the people of Indonesia on the island of Borneo and Sumatera. The smoke produced by the forest fires is quite disturbing, ranging from interfering teaching and learning activities, workers whose work interrupted, and citizens affected upper respiratory tract infection (URI). Many activists held some protests both physically and through social media, they are demanding the holders of authority (local and central government) to resolve this issue.

Although some forest fires can be classified as a natural phenomenon, as often happens in Australia and the United States (US) [1], those forest fires in Indonesia are done intentionally. From the information on the info-graphic below can be seen that the forest fires occur in the licensed area, especially areas with Forestry License (Izin Kehutanan). Companies whose business are in plantation sector seem to give a big influence on those forest fires. In preparing the new planting season they do the easiest and cheapest way to clear land, by burning. Land clearance by burning 10 times cheaper than mechanical clearings [2]. Moreover, the current weather (dry season) favored the spread of fire. Interestingly forest fires are already happening repeatedly before, it seems that we are not yet learn from the past forest fires.

Statistical infographics of forest fires indication on licensed area in Borneo and Sumatera

Statistical infographics of forest fires indication on licensed area in Borneo and Sumatera

From the info-graphic also can be seen that forest fires in the licensed area in the province of South Sumatera and Riau are the most severe. In Riau Province, because of its geographical position which is adjacent to Malaysia and Singapore made smoke from forest fires spreads to neighboring countries.

President of Indonesia, Mr. Joko Widodo (Jokowi) is a graduate from the Faculty of Forestry, he should have been aware of the forest fire issues, let alone he has worked at one of the plantation companies.

However, lately it seems that the government has begun to ‘fierce’. When blusukan (or monitoring, see note [A] below) fires directly in South Sumatra (September 6th) [3] and Riau (September 24th) [4], Mr. Joko Widodo escorted by the Commander of the Indonesian National Armed Forces General Gatot Nurmantyo, the Chief of the Indonesian National Police General Badrodin Haiti, Chief of the Presidential Staff Teten Masduki, Chief of the National Disaster Management Agency (BNPB) Willem Rampangilei, Minister of Public Works and Housing of People (PUPR) Hadimulyono Basuki, Minister of Health Nila Moeloek, Minister of Environment and Forestry Siti Nurbaya, South Sumatera Governor Alex Noerdin, and Regent of Ogan Komering Ilir Iskandar. Those Officials are more than enough to scare companies behind the illegal forest fires. Preliminary results are quite promising, police officers managed to arrest seven company executives suspected for illegal forest fires [5].

We hope that the persistence is not only on them, but also to the entire party from high level officers to the on-field implementer (and indeed the public). And the more important thing is the way of the government handle those forest fires should be done in a sustainable manner, those forest fires should not be recur in subsequent years. If not, in long term the quality of life of the people in the area surrounding forest fires will decrease significantly. Perhaps the government should make a fine scheme or a detention scheme for the production license from plantation companies that perform the illegal forest fires. We need not worry the investors will flee from plantation companies, however, our investment in public health is more important.

It seems that the hot weather and the smoke from forest fires can make someone irascible.

 

Note:

[A] Blusukan is an act of monitoring something (implemented policy or on-field condition) directly, it is quite popular when the President did it so often, and many Indonesian referred him as a down-to-earth leader. Blusukan is from Javanese Language which means ‘moving to/in narrow place’, it’s not a literal meaning, but I’m a Javanese and… somewhat I can assure that meaning.

[B] This post is an English version of my another post “Pembakaran Lahan Ilegal, Bencana yang Disengaja

Posted in Popular Science, Statistical Info-graphic | Tagged , , , , , , | Leave a comment

Pembakaran Lahan Ilegal, Bencana yang Disengaja

Di saat musim hujan yang tidak kunjung datang, pembakaran lahan akhir-akhir ini menjadi momok bagi masyarakat Indonesia di Pulau Kalimantan dan Pulau Sumatera. Asap yang dihasilkan pembakaran lahan tersebut sudah cukup mengganggu, mulai dari kegiatan belajar mengajar yang diliburkan, para pekerja yang terganggu pekerjaannya, dan warga-warga yang terkena Infeksi Saluran Pernafasan Atas (ISPA). Wajar apabila para mahasiswa/aktivis melakukan demo baik secara fisik maupun melalui media sosial menuntut para pemegang wewenang (pemerintah daerah dan pusat) untuk mengatasi masalah ini.

Meskipun beberapa kebakaran lahan dapat digolongkan sebagai fenomena alam seperti yang sering terjadi di Australia dan Amerika Serikat (AS) [1], kebakaran lahan di Indonesia kali ini dilakukan secara sengaja. Dari informasi pada infografis di bawah dapat diketahui bahwa pembakaran lahan banyak terjadi pada areal perizinan terutama areal dengan Izin Kehutanan. Perusahaan-perusahaan dengan bisnis di sektor perkebunan tampaknya memberikan andil yang cukup besar dalam pembakaran lahan ini. Dalam mempersiapkan musim tanam baru mereka melakukan cara termudah dan termurah untuk membuka lahan, dengan dibakar. Pembukaan lahan dengan cara dibakar 10 kali lebih murah dibandingkan pembukaan lahan secara mekanikal [2]. Apalagi saat ini musim kemarau, di mana cuaca mendukung penyebaran api. Uniknya adalah pembakaran lahan ini sudah terjadi berulang-ulang, kita seperti belum bisa belajar dari pembakaran-pembakaran lahan yang telah lalu.

Infografis Statistik indikasi kebakaran lahan di Pulau Kalimantan dan Sumatera

Infografis Statistik indikasi kebakaran lahan di Pulau Kalimantan dan Sumatera

Dari infografis tersebut dapat diketahui bahwa pembakaran lahan pada areal perizinan di Propinsi Sumatera Selatan dan Propinsi Riau merupakan yang paling parah. Letak geografis Propinsi Riau yang berdekatan dengan Malaysia dan Singapura turut membuat asap-asap pembakaran lahan pun menyebar ke negara tetangga.

Presiden Indonesia, Bapak Ir. Joko Widodo (Jokowi) adalah seorang lulusan Fakultas Kehutanan semestinya beliau sudah sadar mengenai isu pembakaran lahan ini, apalagi beliau pernah bekerja di salah satu perusahaan perkebunan. Sungguh sangat disayangkan pembakaran lahan kali ini bisa terjadi sampai separah ini.

Meskipun demikian, kali ini tampaknya pemerintah sudah mulai ‘galak’. Ketika blusukan memantau kebakaran lahan secara langsung di Sumatera Selatan (6 September) [3] dan Riau (24 September) [4], Bapak Joko Widodo dikawal Panglima TNI Jendral Gatot Nurmantyo, Kapolri Jendral Polisi Badrodin Haiti, Kepala Staf Kepresidenan Teten Masduki, Menteri Pekerjaan umum dan Perumahan rakyat (PUPR) Basuki Hadimulyono, Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Willem Rampangilei, Menteri Kesehatan Nila Moeloek, Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Siti Nurbaya, Gubernur Sumatera Selatan Alex Noerdin, dan Bupati Ogan Komering Ilir Iskandar. Pejabat-pejabat tersebut lebih dari cukup untuk membuat gentar perusahaan-perusahaan pelaku pembakaran lahan. Hasil awalnya cukup menjanjikan, kepolisian berhasil menangkap tujuh petinggi perusahaan yang diduga melakukan pembakaran lahan illegal [5].

Saya berharap semangat tersebut tidak hanya ada pada mereka saja, tapi juga seluruh pihak hingga pelaksana lapangan dan masyarakat. Dan pejabat-pejabat tersebut hendaknya meneruskan semangat itu ke pihak-pihak terkait. Dan yang lebih penting lagi adalah penanganan pembakaran lahan ini hendaknya dilakukan secara berkelanjutan, jangan sampai terjadi kembali pada tahun-tahun berikutnya. Kalau pembakaran lahan ini terjadi secara tahunan, dalam jangka panjang kualitas hidup masyarakat di daerah sekitar pembakaran lahan akan menurun. Salah satu cara yang mungkin bisa digunakan adalah dengan membuat skema pemberian denda atau penahanan izin produksi bagi perusahaan-perusahaan perkebunan yang melakukan pembakaran lahan. Kita tidak perlu takut investor-investor perusahaan perkebunan akan lari, bagaimanapun investasi kita dalam kesehatan masyarakat merupakan hal yang lebih penting.

Tampaknya cuaca yang panas dan asap-asap kebakaran bisa membuat seseorang cepat naik darah.

Posted in Popular Science, Statistical Info-graphic | Tagged , , , , , , | 1 Comment

Seberapa Melemahnya Rupiah terhadap Dollar AS? (Analisis Grafik)

Artikel ini adalah lanjutan dari… Artikel Sebelumnya (link)

Sebelum menggambar grafik nilai tukar mata uang, saya akan tulis terlebih dahulu mengenai Grafik Logaritmik dan beberapa keunggulannya.

Note: Grafik-grafik di bawah dan selanjutnya tidak digambar dengan menggunakan Microsoft Excel (R) seperti pada artikel sebelumnya, bisa sih sebenernya digambar di Excel (R) tapi bakal makan waktu yang lama.

 

Grafik logaritmik

Pelemahan atau penguatan mata uang dapat diukur secara jelas dari persentase pelemahan/penguatannya dibandingkan dengan pelemahan/penguatan poinnya. Misalnya

  • Mata uang A melemah 250 poin dari 500 ke 750 (melemah 50%)
  • Mata uang B melemah 250 poin dari 1000 ke 1250 (melemah 25%)

Mata Uang A melemah lebih buruk dibandingkan dengan Mata Uang B, meskipun sama-sama melemah 250 poin.

Grafik biasa tidak dapat menangkap pemikiran di atas dengan baik, karena hanya mempedulikan pelemahan poinnya saja dan bukan persentasenya. Alternatifnya adalah dengan menggunakan grafik logaritmik, seperti pada contoh pertumbuhan bakteri di bawah (kedua grafik di bawah digambar dengan menggunakan data yang sama).

Pertumbuhan Bakteri 15% per jam

Pertumbuhan Bakteri 15% per jam

Grafik kiri adalah grafik biasa, sedangkan yang kanan adalah grafik logaritmik. Dapat kita lihat bahwa pada grafik biasa populasi bakteri meningkat tajam, padahal laju pertumbuhan bakterinya sama setiap jam yaitu 15% (artinya jika ada 100 bakteri saat ini, maka satu jam berikutnya banyak bakteri menjadi 115). Grafik logaritmik mampu menangkap persentase pertumbuhan bakteri dengan baik, garis yang lurus menandakan bahwa laju pertumbuhan bakterinya sama setiap jamnya (konstan). Dengan kata lain:

  • Grafik biasa: fokus pada penambahan/pengurangan poin
  • Grafik logaritmik: fokus pada persentase penambahan/pengurangan

Jadi dalam menggambar grafik kurs mata uang, alangkah baiknya jika kita menggunakan grafik logaritmik. Berikut adalah grafik nilai tukar Rupiah terhadap Dollar AS, gambar kiri adalah grafik biasa sedangkan gambar kanan adalah grafik logaritmik. Perbedaan yang terlihat hanya sedikit, hal ini dikarenakan ada pemotongan sumbu-y, apabila sumbu-y tidak dipotong maka perbedaan akan terlihat sangat jelas.

Kiri: Grafik kurs biasa. Kanan: Grafik kurs logaritmik

Kiri: Grafik kurs biasa. Kanan: Grafik kurs logaritmik

 

Seberapa melemahnya Rupiah terhadap Dollar AS dibandingkan dengan mata uang negara lain?

Sulit membandingkan kalau hanya dilihat dari grafiknya saja, sehingga saya muncul ide bagaimana kalau suatu mata uang mengalami persentase pelemahan/penguatan (terhadap Dollar AS) yang sama dengan Rupiah, di mana posisi mata uang itu sekarang.

Misalkan seperti ini:

  • Nilai tukar Yen Jepang terhadap Dollar AS kemarin 100 dan sekarang menjadi 120
  • Nilai tukar Rupiah terhadap Dollar AS kemarin 10.000 dan sekarang menjadi 11.000 (melemah 10%)

Jadi menurut ide saya, jika kemarin Yen mengalami pelemahan yang sama dengan Rupiah (melemah 10%), maka pelemahan Yen kemarin adalah 100 x 10% = 10 poin, sehingga posisi Yen sekarang adalah 100 + 10 = 110, lebih baik ketimbang Yen yang sesungguhnya yaitu 120.

Jadi saya akan membandingkan dua nilai Yen:

  • Yen Sebenarnya: sesuai dengan data nilai Yen
  • Yen Skenario: Nilai Yen apabila dia melemah/menguat berdasarkan persentase pelemahan/penguatan Rupiah terhadap Dollar AS

Tapi perhitungan tersebut sangat bergantung pada titik awal perhitungan, karena  pada titik awal tersebut nilai Yen Sebenarnya dan Yen Skenerio dianggap sama. Di sini saya mengambil dua titik awal perhitungan, yaitu:

  • Tanggal 25 Agustus 2010 (5 tahun yang lalu) grafik-grafik sebelah kiri, dan
  • Tanggal 20 Oktber 2014 (Pelantikan Bapak Jokowi) grafik-grafik sebelah kanan.

Legenda pada grafik-grafik di bawah adalah sebagai berikut:

  • Garis biru, nilai mata uang sebenarnya
  • Garis merah, niali mata uang apabila mata uang tersebut mengikuti pelemahan/penguatan Rupiah

Berikut grafik dari hasil perhitungan yang saya lakukan:

 

Rupiah dibandingkan dengan mata uang negara-negara besar Asia (plus Australia)

AUD: Australia Dollar

AUD: Australia Dollar

CNY: China Yuan

CNY: China Yuan

INR: India Rupee

INR: India Rupee

JPY: Japay Yen

JPY: Japay Yen

KRW: Korea Won

KRW: Korea Won

 

Rupiah dibandingkan dengan mata uang negara-negara tetangga

MYR: Malaysia Ringgit

MYR: Malaysia Ringgit

PHP: Phillipines Peso. Bukan Pemberi Harapan Palsu yaa, hehe

PHP: Phillipines Peso. Bukan Pemberi Harapan Palsu yaa, hehe

SGD: Singapore Dollar

SGD: Singapore Dollar

THB: Thailand Baht

THB: Thailand Baht

VND: Vietnam Dong

VND: Vietnam Dong

 

Kesimpulan

Oiya, saya sengaja menggunakan salah satu titik awal pada tanggal Bapak Jokowi dilantik, karena kecenderungan di masyarakat adalah Rupiah melemah semenjak perekonomian dipimpin Kabinet Kerja Beliau. Saya tidak bermaksud buruk atau pun bermaksud baik, hanya ingin melihat bagaimana pergerakan Rupiah jika dibandingkan dengan mata uang negara lain.

Note PENTING: Grafik-grafik perbandingan di atas hanya sekedar menggambarkan dan meringkas data saja supaya lebih sedap dipandang mata. Grafik-grafik di atas belum bisa menyimpulkan apapun secara sah (menurut kaidah statistik).

Rupiah melemah terhadap Dollar AS, tapi apa benar pelemahan Rupiah seburuk itu? Penulis gak tau, perlu analisis makroekonomi yang kompleks untuk mengetahui jawaban pertanyaan itu..

#Penulisnya nge-les kayak bajay, hehe

 

Nilai tukar mata uang masing-masing negara terhadap Dollar AS, saya dapatkan di:

Sumber data nilai tukar mata uang (link)

Posted in Popular Science, Statistical Info-graphic | Tagged , , , , | Leave a comment

Menggambar Grafik Kurs dengan Perasaan

Iya bener, “Perasaan” bukan “Persamaan”

Akhir2 ini banyak yang lagi ributin pelemahan Rupiah, ada yang bilang itu adalah suatu indikator buruk dan ada jg yg bilang hal itu masih dalam kewajaran (jika dibandingkan dengan negara lain, toh yang kena krisis bukan cuma negara kita). Jadi yang bener yang mana nih?

Tapi yang menarik perhatian saya adalah tayangan grafik kurs nilai tukar Rupiah thd Dollar Amerika Serikat (AS) yang berbeda-beda antar media/tulisan, padahal sumbernya paling ga jauh-jauh dari BI atau Bloomberg. Perbedaan yang saya maksud adalah perbedaan grafiknya, bukan perbedaan desain visual atau warnanya.

Sekilas tentang Grafik Statistik

Sudah sejak lama grafik statistik digunakan untuk “menggambarkan” dan meringkas data, memvisualisasikan angka-angka yang bejibun dan orang-pasti-males-lihat menjadi gambar yang menarik perhatian mata. Dengan melihat grafik kita bisa dapat begitu banyak informasi dalam waktu yang ringkas, coba bandingkan dengan apabila kita melihat informasi yang sama tapi masih dalam bentuk angka2.

Contohnya gambar di bawah, enakan lihat gambar yang kanan kan dibanding yang kiri.

kucing imajiner

kucing imajiner

Grafik juga digunakan oleh surat kabar, tv, dan media lain untuk menarik perhatian pembaca, karena media-media tersebut mengetahui dengan pasti betapa bergunanya grafik dalam menyampaikan informasi secara efisien kepada para pembaca. Bahkan untuk beberapa berita, media hanya menampilkan grafik saja dan bukan foto berita. Dan untuk surat kabar khususnya, tidak jarang grafik-grafik tersebut-lah yang muncul pada headnews.

Pembaca berita pun diuntungkan dari grafik-grafik yang ditampilkan media-media tersebut. Bahkan mungkin ada pembaca berita yang hanya membaca grafiknya saja dan bukan isi beritanya, dikarenakan waktunya yang sibuk.

Kembali ke perbedaan2 grafik

Bagi yang sudah tau pasti tau, dan bagi yang belum tau pasti enggak tau (ya iyalah…). Bagi manusia2 yang sudah terbiasa mengolah dan menganalisis data (seperti teman2 dan dosen2 saya) pasti sudah tidak asing dengan teknik2 penggambaran grafik. Tapi bagaimana dengan orang2 yang belum terbiasa dengan analisis data? Sedikit banyak pasti bingung dengan perbedaan2 tersebut, dan dikuatirkan terkena manipulasi grafis yang dilakukan pihak tertentu. Dari yang saya tau, grafik2 tersebut berbeda karena ada distorsi pada sumbu kartesiannya (sumbu-x dan sumbu-y). Berikut adalah beberapa “distorsi” tersebut

 

1 — Pemotongan sumbu-y (sumbu vertikal)

Di bawah ini adalah grafik nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika Serikat (AS). Coba kita perhatikan grafik di bawah ini, grafik manakah yang lebih menggambarkan pelemahan Rupiah?

grafik dengan pemotongan sumbu-x

grafik dengan pemotongan sumbu-x

Dari grafik tersebut sekilas kita melihat bahwa pelemahan Rupiah terjadi lebih dramatis pada gambar sebelah kanan dibandingkan dengan sebelah kiri. Kedua grafik tersebut digambar dengan menggunakan data yang sama. Perbedaan kedua grafik tersebut hanyalah pada rentang nilai sumbu-y, yaitu:

  • Pada grafik kiri, sumbu-y berada pada nilai 12.500 s/d 14.750 (selisihnya 2.250)
  • Pada grafik kanan, sumbu-y berada pada nilai 13.200 s/d 14.000 (selisihnya 1.800)

Meskipun secara teknis sama, tapi kedua grafik tersebut memberikan dampak psikologis yang berbeda (lebay bgt). Secara umum, semakin besar selisih rentang sumbu-y maka grafik akan terlihat lebih mampat/datar sehingga perubahan menjadi kurang terlihat.

 

2 — Pemotongan sumbu-x (sumbu horizontal)

Grafik di bawah juga menampilkan perbedaan pandangan meskipun data yang digunakan sama, dan rentang sumbu-y yang digunakan pun sama (yaitu 12.800 s/d 14.100 dengan selisih 1.300). Kita dapat melihat bahwa pelemahan Rupiah terjadi lebih dramatis pada gambar sebelah kiri dibandingkan dengan sebelah kanan. Kali ini perbedaannya apa lagi?

grafik dengan pemotongan sumbu-x

grafik dengan pemotongan sumbu-x

Kali ini yang dilakukan adalah memotong sumbu-x. Perbedaan kedua grafik tersebut berada pada rentang nilai sumbu-x, yaitu:

  • Pada grafik kiri, sumbu-x dimulai dari 09 April 2015
  • Pada grafik kanan, sumbu-x dimulai dari 07 Juli 2015 (lebih pendek)

Ketika menggambar grafik sebelah kiri, saya sengaja memilih pada tanggal di mana nilai Rupiah paling kuat sehingga pelemahan Rupiah nampak sangat jelas sekali

 

3 — Ukuran grafik

Kedua grafik di bawah digambar dengan menggunakan rentang sumbu-y dan rentang sumbu-x yang sama, tapi pelemahan Rupiah terlihat jauh lebih jelas pada grafik sebelah kiri dibanding dengan grafik sebelah kanan.

grafik dengan distorsi vertikal

grafik dengan distorsi vertikal

Tidak seperti sebelumnya, kali ini perbedaan kedua grafik sangat nyata yaitu grafik sebelah kiri jauh lebih panjang dibanding grafik sebelah kanan. Secara umum apabila kita memanjangkan grafik (seperti grafik sebelah kiri) maka fluktuasi dan tren grafik (naik/turun) menjadi lebih jelas terlihat.

Grafik di atas (sebelah kiri) terdistorsi karena dipanjangkan secara vertikal. Distorsi yang sama juga berlaku apabila kita memanjangkan grafik secara horizontal. Hanya saja pada kasus pemanjangan secara horizontal semakin pendek grafiknya maka fluktuasi dan tren grafik (naik/turun) menjadi lebih jelas terlihat

 

Menggambar Grafik dengan Menggunakan Perasaan

Dengan make ketiga aturan di atas, grafik bisa digambar sesuai perasaan si penggambar. Perasaan mana yang mau dipilih? Di bawah adalah contoh ekstrim 2 grafik yang digambar dengan menggunakan perasaan

menggambar grafik dengan perasaan

menggambar grafik dengan perasaan

Tidak menutup kemungkinan cara2 di atas digunakan oleh suatu pihak untuk menggambar grafik yang nantinya akan digunakan untuk menggiring opini si pembaca grafik. Secara ekstrim (su’uzonism) katakanlah ada pihak yang kekeuh mengatakan Rupiah melemah drastis, maka ia tinggal memakai grafik di atas yang sebelah kiri. Dan kalau ada pihak yang kekeuh Rupiah masih normal maka ia tinggal pake grafik di atas yang sebelah kanan. Padahal data yang digunakan sama.

Semua grafik2 di atas digambar dengan menggunakan Microsoft Excel (R) , jadi ga perlu make software aneh2 buat ngedistorsi grafik2 tersebut.

Kalau kita teliti sebenarnya semua grafik2 di atas ga salah, semuanya benar secara teknis. Dan kita ga bisa salahin si penggambar grafik, se-pro atau se-kontra apapun dia terhadap pelemahan Rupiah. Menurut penulis, yang salah adalah apabila penggambar grafik dengan sengaja mendistorsi grafik untuk menggiring opini si pembaca grafik. Padahal fungsi utama grafik adalah meringkas dan memvisualisasikan data agar lebih enak dilihat, seperti yang disebutkan di awal.

 

Kasus Dunia Nyata

Di bawah adalah contoh grafik yang didapat dari surat kabar. Keduanya adalah grafik nilai tukar Rupiah terhadap Dollar AS. Dapat dilihat bahwa grafik sebelah kiri menggambarkan secara jelas pelemahan Rupiah, tidak seperti grafik sebelah kanan.

Note: Pada gambar di bawah, Rupiah melemah apabila grafiknya turun, tidak seperti gambar2 di atas di mana Rupiah melemah apabila grafiknya naik.

Real world graphical distortion

Tapi kan grafik sebelah kiri dimulai tanggal 01 Juli 2015, ga seperti grafik sebelah kanan?

Dengan bantuan Photoshop (R), penulis coba gambar ulang dengan rentang tanggal yang sama, hasilnya gambar di bawah. Sama saja, grafik sebelah kiri menggambarkan secara jelas pelemahan Rupiah, tidak seperti grafik sebelah kanan.

Real world graphical distortion

 

Saran

Jadi mana nih grafik yang bener? Seperti yang penulis tulis di tulisan yang sudah ditulis, grafik-grafik itu benar apabila digambar dengan menggunakan kaidah matematis. Termasuk kedua grafik terakhir, keduanya benar secara teknis.

Kita mesti menghadapi hal2 di atas secara proaktif, yaitu dengan cara kita lah yang mesti waspada ketika membaca grafik2 tersebut supaya pikiran kita tidak tergiring kepada opini tertentu.

 

Lalu bagaimana gambar grafik yang objektif:

Menurut saya pribadi, beberapa pegangan yang dapat digunakan untuk membuat grafik yang objektif (dan tetap informatif) adalah sebagai berikut:

  • Dalam membuat grafik usahakan keterangan2 grafik tercantum secara jelas. Keterangan tersebut misalnya: judul, judul sumbu, satuan sumbu, legenda, dan lainnya. Contohnya adalah seperti pada grafik kucing di awal tulisan.
  • Dalam membuat grafik, guna menghindari distorsi ukuran grafik (seperti pada tulisan di atas), usahakan perbandingan panjang dan lebar grafik yang akan dibuat adalah 3 : 2 (panjang : lebar).
  • Sumbu-y pada grafik tidak boleh dipotong, artinya pada sumbu-y nilai 0 (nol) harus tercantum (seperti pada grafik kucing, lihat di sumbu panjang kucing ada nilai 0 nya kan). Tapi hal ini menyulitkan apabila grafik yang ingin digambar adalah grafik yang nilainya besar-besar seperti nilai Rupiah (skala nya udah ribuan gitu loh). Karena tanpa pemotongan sumbu-y, fluktuasi nilainya menjadi tidak terlihat. Jadi aturan ke-3 ini tidak terlalu mengikat, asalkan itu tadi, jangan dengan sengaja mendistorsi grafik yang dibuat.

Contoh di bawah adalah CONTOH TIDAK BAIK, ada seorang karyawan yang ingin dipuji bosnya sehingga dia membuat grafik seperti pada grafik kiri, di mana pada grafik tersebut penjualan terlihat meningkat signifikan dari bulan-ke-bulan. Dan dia sengaja menggambar grafik tersebut dengan tujuan mendistorsi opini bos-nya, supaya bos-nya berpikiran “ini karyawan rajin banget”. Padahal kalau digambar ulang grafik yang sesungguhnya adalah grafik yang kanan.

Ini contoh tidak baik, jangan ditiru yaa.. Hehe

Ini contoh tidak baik, jangan ditiru yaa.. Hehe

Dengan membaca artikel ini jangan sampai pembaca jadi seperti karyawan itu ya, hehe..

 

“Satu gambar bermakna seribu kata” Pepatah Tiongkok

Terimikici bagi yang sudah membaca, ini ada kue, silahkan diambil

Kue

Posted in Graphical Failure, Popular Science | Tagged , , , , , | 1 Comment